Friday, November 02, 2012

Aku Merasa...

Aku merasa seperti berada dalam suatu scene film. Aku merasa dapat mendengar soundtrack mengikuti setiap langkahku. Kadang berdebam debum, kadang mengalun sedih, kadang menyayat-nyayat seperti gesekan biola rusak. Aku seperti berada dalam sorotan lampu utama, ketika orang-orang di sekitarku ramai bicara, hampir seperti berdengung dan lampu di restoran ini seperti menyala lebih terang di atas kepalaku, tepat di atas kepalaku, dibanding lampu-lampu lainnya, dan lagu pop berdetak-detak mengalahkan dengungan suara manusia.

Detak jantungku seperti melambat ketika musik di restoran ini melambat dan Christian Bautista menyanyikan lagu paling gombal sedunia: Something in the Way You Look at Me (or something like that, aku bahkan tak ingat apa sebenarnya judulnya).

Manusia lalu lalang di hadapanku dan aku merasa mereka hanya bayangan. Semuanya terasa hanya seperti bayangan, sama redup dan buramnya seperti hari-hari yang merajam hidup. Semuanya seperti bayang-bayang yang melaju cepat, melayang melewatiku dan tak sekali pun menyapaku. Aku pun merasa tak akan mampu mendengarnya bahkan bila ada salah satu dari bayang-bayang itu yang menyapaku. Atau menyentuhku.

Aku merasa indraku menebal dan menjadi kaku. Retak dan berdebum bersama musik di restoran ini. Aku merasa pecahannya menyatu dengan bayang-bayang yang lalu lalang di hadapanku. Aku dan indraku terpisah sudah.

Aku merasa melayang dan mendengar semuanya, melihat semuanya, merasakan semuanya. Namun aku merasa aku tak mampu mendengar apapun, melihat apapun, merasakan apapun.

Aku merasa tersesat. Aku merasa tak ingin ditemukan. Aku merasa ingin terus tersesat. Aku merasa hanya ingin ditemukan oleh tangan yang bukan bayangan.