Thursday, November 13, 2008

Yang Tak Terucapkan

Hari-hari ini rasanya begitu menghimpit aku: menyesakkan dada, menimbuni kepala, mencekik leher, melilit perut.Begitu banyak yang ingin dikatakan, tapi hanya sedikit yang bisa diucapkan. Begitu banyak emosi yang ingin diluapkan, dan hanya sedikit yang bisa ditumpahkan. Semuanya tersimpan dan terbungkus begitu saja: dalam dada, dalam kepala, di tenggorokan.

Sayup-sayup lagu dari Buku Ende masih terngiang di telingaku. Potongan kata-katanya masih terulang-ulang di kepalaku, "Mulak ma au, mulak ma au"... Aku pulang, aku pulang... Potongan kata-kata yang membuncahkan sejuta emosi di tubuh kecilku: sedih, marah, kecewa, bingung, kehilangan... dan akhirnya rasa rindu. Dan akhirnya, hanya rasa rindu yang terus menemani sepanjang langkahku sampai hari ini. Rasa rindu yang aku tau tidak akan pernah terpuaskan lagi selama hayat masih di badanku. Rasa rindu yang kadang begitu tak tertahankan namun harus selalu ditahan dan dipendam dan disimpan sendiri. Rasa rindu ini, yang kelak, aku harap, akan aku tumpahkan ketika waktuku tiba.

Akan sangat lama, aku tau, membuat air mataku tak mengalir setiap kali kenangan itu datang. Dan kenangan itu bisa datang kapan saja: menjelang tidur, saat mandi, saat makan, saat rapat, saat aku berjalan mondar-mandir, saat melihat kelokan jalan, setiap saat.. Karena setiap saat, setiap tempat, setiap kejadian adalah akibat dari kebersamaanku dengan kenangan-kenanganku.

Aku masih ingin memeluknya, mencium tangannya, menggandeng tangannya, menceritakan hari-hariku padanya, berdoa dengannya, mendengarkan harapan-harapannya, menggapai mimpiku bersamanya, mengatakan betapa aku sayang padanya, betapa berartinya dia untukku, betapa berartinya keinginannya untukku, betapa ingin aku menggapai langit untuknya...

Tuhanku, Tuhanku, banyak yang tak bisa kuucapkan. Semua beterbangan di kepalaku dan tak dapat kutuliskan. Satu hal yang aku ingin katakan: kenangan akan dia dan sayangku padanya akan hidup di sini, di hatiku, sampai aku tak bisa mengingat apa pun lagi dan sampai aku tak mampu menyayangi apa pun lagi.