Thursday, August 21, 2008

Merdeka!

Syukur untuk setiap rencanamu dan rancanganmu yang mulia
Dalam satu kubu kami bersatu menjadi duta kerajaanmu
Kuucapkan berkat atas Indonesia, biar kemuliaan Tuhan akan nyata

Bagi bangsa ini, kami berdiri dan membawa doa kami kepadamu
Sesuatu yang besar pasti terjadi dan mengubahkan negeri kami

Hanya namamu Tuhan, ditinggikan atas seluruh bumi
Kami tahu hatimu ada di bangsa ini

---------------------------------------------

Tiga hari yang lalu gue bolos upacara tujuh belasan. Tidak usahlah dibahas kenapa gue bolos, tapi inilah pertama kalinya gue bolos upacara tujuh belasan sejak pertama kali gue bergabung dengan kantor gue. Walaupun senang juga ngga pegel-pegel karena berdiri tegak, tapi rasanya ada yang kurang dengan ngga ikut upacara gaya militer itu. Penasaran deh gue, di negara lain ada ngga sih upacara-upacaraan memperingati ulang taon kemerdekaan? Dan gue jadi berpikir lagi: apa itu kemerdekaan? 

Dulu banget, pas SMP, pernah gue jadi begitu emosional pas lagi upacara tujuh belasan, sampe nyaris nangis segala. Entah ya, kok gue waktu itu begitu menghayati itu upacara dan merasa begitu bersyukur dengan kehidupan gue: bisa sekolah, bisa haha hihi, bisa ke gereja dengan tenang, bisa punya mimpi... Gue ngga bisa membayangkan kalau gue dibesarkan lagi jaman belum merdeka; pasti nelangsa banget ya... Dan besar banget jasa orang-orang itu, yang mungkin di jaman merdeka ini hidupnya ngga beda-beda amat dengan jaman dijajah walopun pas jaman dijajah sudah berkorban segala sesuatu. Dan gue jadi berpikir lagi: apa itu kemerdekaan?

Pas jaman gue kuliah, pas jaman reformasi di mana teman-teman seangkatan gue malah ikut segala ke senayan dan menggulingkan rezim orde baru. Gue yang ngga nyali dan ngga bakal dikasih restu ikut demo hard core, cuma nyali ikut demo kecil-kecilan di depan kampus, yang ngga pake digebuk-gebukin polisi (digebukin juga sih, tapi yang di garis depan; gue kan di baris nyaris belakang, bisa cepet kabur... chicken banget ya...). Gue yang nyalinya ngga gede tapi tetep cinta negri gue jadinya bergabung dengan tim doa di pelayanan gue. Gue masih inget, doa pagi tiap sabtu jam 6 pagi, gue yang ngga punya kuliah di hari sabtu dan tinggal ajubile jauhnya dari kampus untuk ukuran kota kecil sekelas bandung, bela-belain bangun pagi, naik angkot sambil terkantuk-kantuk karena mau persekutuan doa: buat negri gue tercinta. Setidaknya, itu pengorbanan yang bisa gue berikan: lutut dan air mata gue buat tanah air yang kacrut tapi bener-bener gue sayang. Gue juga masih ingat doa-doa kami saat itu: pulihkan negri kami, selamatkan bangsa kami, jangan biarkan darah tercurah lagi di tanah kami: dari sabang sampai merauke, jangan biarkan negri kami terpecah lagi, tetap sayangi bangsa kami... Dan gue jadi berpikir lagi: apa itu kemerdekaan? 

Sekarang, jaman idealis-idealisnya gue seperti mimpi. Gue berkutat dengan hidup yang ternyata memang ngga mungkin jadi mudah, gue bergulat dengan deru debu dan (ternyata) berat sekali mencari sesuap nasi dan segenggam berlian, gue sibuk bertanya apakah masih realistis untuk ingin menjadi pelita yang bersinar di atas bukit dan garam yang membuat asin negri gue. Dan gue jadi berpikir lagi: apa itu kemerdekaan?

Proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah 63 tahun berlalu. Para pejuang, pemimpin, pemikir, sudah mengantarkan gue ke pintu gerbang kemerdekaan. Pintu gerbang. Gue mau gue dan saudara-saudara sebangsa gue ngga cuma sampai di pintu gerbang, tapi masuk ke dalam, menjadi tuan rumah, menjamu tamu-tamu dan memperkenalkan: inilah kota kemerdekaan.  

Gue ngga punya ide-ide cemerlang, ngga bisa melakukan hal-hal yang spektakuler, ngga punya pengaruh di mana pun, hanya gue yang biasa-biasa saja. Gue cuma punya harapan, tidak pernah berhenti berharap, selalu berjalan menuju harapan gue: Indonesia bisa jadi Indonesia yang lebih baik, Indonesia akan jadi Indonesia yang lebih baik, Indonesia pasti jadi Indonesia yang lebih baik... karena Tuhan sayang Indonesia, karena gue sayang Indonesia, dan karena banyak orang sayang Indonesia.

Untuk Indonesia yang lebih baik!