Thursday, December 10, 2009

my prayer

do you know how it feels
to really want something
to walk all the way just to get to a place
to do everything to reach something
just to find that it feels like it's not something made for you?

do you know how it feels
to really want something
and find that every step you take
just bring you further away?

do you know how it feels
to really want something
and all you can do, at the end, just to get on your knee
as always...?

you are all I got
you are my only hope
so stay with me, please
you know it's gonna be hard for me
it's gonna be tearful for me
so cry with me, will you, dear lord?

Monday, November 02, 2009

A Year after We Buried Him

If I could turn back time, I'd spent more time by his side. I wouldn't go travel around the globe but instead travel more to his place, sit by his side and spend hours and hours talking to him, just like the old days. I wouldn't dream that much but instead enjoy those moments more, the moments I looked into his eyes and walked hand in hand with him.

If I could turn back time, I'd listen to him more. I'd treasure the stories of his youth, the history of the family, the journey of his faith... things he's always loved to talk about.

If I could turn back time, I'd say those magic words more often. I'd tell him of how much he means to me, how much I want to always be his little girl, how much I'm proud of him, how much I love him. I'd tell him that he's the best any daughters can have in the whole universe.

But I can't turn back time. All I can do is to cherish the memory and to love the God he's loved so in his life.

Ah, if only he was here. He'd be thrilled to see his oldest son getting married next week. He'd be proud to find out the kind of woman that man of his own has chosen to be a wife. He'd be smiling all day, knowing that the man who bears his name will pass it on to his future children.

Ah, how I sometimes envy those people, those sons and daughters whose fathers are still around. How much I want to tell them how lucky they are... not that I'm not grateful for those colorful years God blessed me with his presence...

I know I can't turn back time nor can I bring him back. But I still wish he was here.

Sunday, October 04, 2009

Aku Menggugat

Aku menggugat Yang Maha Tinggi
untuk mengembalikan mimpi-mimpiku
untuk memulihkan semangat tanpa batasku
untuk membangunkan lagi kepedulianku pada sahabat-sahabatku
untuk membuatku jatuh cinta lagi pada-Nya

Aku menuntut Yang Maha Kasih
untuk menjadikanku puas bahkan dengan yang tak aku miliki
untuk mendinginkan kemarahan yang terlalu sering bergelora
untuk menerbitkan bintang pada malam-malamku yang paling kelam
untuk menari bersamaku walaupun dengan musik yang tak indah di telinga-Nya

Aku memohon pada Yang Maha Besar
untuk membuatku bersinar bagi-Nya
walaupun hanya sebagai bintang yang kecil

-hush, hush, pergilah semua rasa malas...-

Monday, September 28, 2009

My (New) Travel Wish LIst

dari wish list yang gw bikin 2 taon lalu, yang udah berhasil kejalanin adalah:
1. toraja
2. belitung
3. bintan
4. dieng
5. nepal
6. st. petersburg

dan dari wish list yang sama, yang blon bisa gw jalanin adalah:
1. danau matano dan sorowako
2. ujung kulon
3. krakatau
4. cheto
5. mahakam
6. raja ampat
7. paris
8. yerusalem

dari tempat-tempat di wish list tadi yang blon bisa gw jalanin dan ditambah dengan wawasan perjalanan gw yang lumayan bagusan belakangan ini, inilah travel wish list gw yang terbaru:

1. krakatau
2. cheto
3. mahakam
4. flores dan pulo komodo
5. ternate dan tidore
6. kepulauan maluku (semuanya, gw mau semuanya!)
7. raja ampat, lembah baliem, cartensz (ga usah ke puncak, di kakinya aja gw udah puas :D)
8. sampe ke puncak rinjani (aga nyesel juga, kenapa taon lalu cuma sampe pelawangan sembalun... huhuhu)
9. danau sentarum
10. danau toba (hihihi, gw sering banget ngelewatin dano toba kalo pulang ke kampung nyokap, tapi blon pernah sekali pun gw bener-bener dateng ke dano ini...)

yang jauh2:
1. paris dan desa-desa di perancis (walopun bahasa prancis gw udah rusak total. hiks.)
2. yerusalem
3. petra (sekalian ke yerusalem)
4. cappadocia dan nemrut dagi (sekalian ke yerusalem juga)
5. ngliat aurora borealis (di mana pun itu)

mari, mari... siapa pun yang ngga cepet kesel, ngga doyan ngambek, ngga keterlaluan banci kamera, mau susah, tapi juga siap berkompromi dan mau dengan senang hati motoin gw, gw ajak ikut bertualang bareng gw...

Thursday, August 13, 2009

Bosan, Bosan, Bosan...

Bosan kerja... biasalah, penyakit menahun yang sepertinya harus diterima sebagai inherent riks. Penyakit ini tak terelakkan di pekerjaan apapun, di tempat kerja manapun, bekerja dengan siapapun.

Bosan belajar... biasalah, awalnya menarik tapi lama-lama jadi rutinitas dan kewajiban tak menenangkan. Tidur larut demi harga diri yang dipertaruhkan dalam beberapa puluh menit ujian juga sama membosankannya dengan proses mendengarkan di dalam kelas sambil berusaha tak mengumpat karena bosan tak tertahankan.

Bosan membaca... biasalah, toh hobi ini sudah dikerjakan sejak dua puluh lima tahun lalu. Tanpa henti, tanpa lelah, semua bahan bacaan yang ada sudah habis dilalap dan akhirnya tak ada lagi yang cukup menarik dan cukup menantang yang membuat kedua mata ini bisa lengket ket ket pada halaman-halaman buku.

Bosan jalan-jalan... biasalah, jalan-jalan butuh duit dan butuh cuti, yang dua-duanya sangat sangat terbatas. Jadi sepertinya rekor gila-gilaan tahun lalu dan setengah tahun ini akan berhenti di situ saja.

Bosan makan... biasalah, seumur hidup minimal tiga kali sehari makan. Aktivitas ini benar-benar membosankan dan semoga saja kelak ada teknologi yang bikin orang bisa kenyang tanpa perlu makan.

Bosan bermimpi... biasalah, terlalu banyak mimpi malah bisa terus-terusan bikin patah hati. Mau juga hidup seperti orang-orang, mengalir tanpa mimpi, tanpa cita-cita, tanpa bintang yang ingin dicapai tapi agak khawatir lama-lama bisa gantung diri di pohon toge karena kebosanan yang lebih tak tertahankan lagi.

Bosan menulis... biasalah, menulis kan perlu pake berpikir dan berpikir sama sekali bukan alternatif yang menarik dari semua aktivitas yang sama membosankannya.

Bosan, bosan, bosan.... Huh.

Thursday, July 16, 2009

Kalo Gue jadi Menbudpar...

kalo gue jadi menbudpar, gue bakal:
1. menasionalisasi resort2 asing biar negri gw ga kebagian buntung mulu dari semua profit resort2 itu
2. menghapus private beaches biar penduduk sekitar pantai2 tercantik itu tetep bisa nikmatin pantai tercantik mereka yg katanya milik rakyat tp ga bisa dinikmati kalo ga sanggup bayar
3. ajuin undang2 spy transaksi hotel ato resort ato apa pun yg berhubungan dgn jalan2 di negri gue sendiri kudu dibayar dalam rupiah; masa gue kudu bayar dalam sgd ato eur ato usd di negri gue buat nikmatin kecantikan negri gue yg mustinya adalah milik gue? COME ON!
4. benerin infrastruktur wisata, termasuk akses jalan, moda transportasi, bandara, pelabuhan, terminal, hotel, dsb dsb biar orang indonesia lebih suka dateng ke dano toba ato krakatau ato bunaken ato kelimutu ato derawan drpd ke singapore ato malaysia ato thai (yg ga ada apa2nya itu, hehe)
5. benerin official website-nya depbudpar (www.my-indonesia.info) biar lebih INFORMATIF dan BERGUNA (pls deh, masa buat cari tau gmn caranya ke TANA TORAJA dari makassar aja ga bisa?)
6. PROMOSI ttg wisata yg ga melulu bali ato bunaken ato lembah baliem; BANYAK yg bisa dijual, banyak yg bisa dipamerin... Indonesia itu benar2 cantik, kawan!
7. kasi benefit buat penduduk sekitar tempat wisata yg bikin mereka ngerti bahwa pelestarian lingkungan sekitar mereka emang berhubungan langsung ama periuk nasi mereka
8. dsb dsb... tar kalo gue pas jalan lagi, pasti kepikiran deh omelan2 laen, hehehehe....

tapi kan gue jauh bgt dari menbudpar yah... jadi, gw akan lakukan yg gue bisa: ayo teman2, mari kita jalan2 keliling indonesia!!!! (overland flores yuuuuuks... hiks hiks)

Wednesday, July 01, 2009

Hold on, Hold on...

People say that time will heal
But you know, they just don't feel what you feel
Times are hard but God is so good
He's never failed you, and He said He never would

He sees your tears
He fights your fears

Hold on, help is on the way
He said he'd never leave you or forsake you
Stay strong
Help is on the way
He'd said he'd help you
Just reach out and take his hand

He knows your heart, He lifts your head
He's always close enough to hear every word you said
When you're weak, He said He's so much more
His arm is long enough to reach you where you are

He sees your tears
He fights your fears

*berusaha menyemangati diri sendiri: ayo, ayo, semangat!!! help is indeed on the way!!!*

Saturday, June 13, 2009

Inilah Batasnya

Sudah lama aku tidak menulis. Gabungan dari pekerjaan di meja dan laptopku bertumpuk, masalah di kepalaku yang menimbun, dan penyakit malas yang tak kunjung sembuh. Lagi pula, setiap kali aku ingin menulis, lebih sering kesedihan dan rasa rindu yang menggunung yang ingin kutulis. Menuliskan semua itu malah membuat semua rasa tadi tambah bergulung-gulung, dan bukan mereda. Belakangan, sulit sekali rasanya memandang hidup dengan sudut pandang yang lain, yang berbeda dengan apa yang dapat dilihat oleh mata jasmani. Entah mengapa, hati dan kepalaku menjadi tumpul dan hari-hari berlalu begitu saja, persis seperti kehidupan paling rendah yang bisa aku bayangkan.

Berjuta kali aku menggerutu, "it's already beyond my limits.." Dan entah berapa kali aku menggugat Yang Maha Tinggi. Yah, menggugat berapa besar Dia mengerti batas kekuatanku. Baru sekarang, akhirnya, aku bisa melihat lebih jelas. Dia tahu persis batas kemampuanku, bahkan lebih dari diriku sendiri (yeah, ini kalimat klise, tapi biar aku coba gambarkan lebih lanjut).

Hasil analisisku sendiri tentang hari-hariku belakangan ini dan caraku menghadapinya adalah bahwa selama ini semuanya memang sudah mendekat batas kekuatanku. Mendekati, tapi belum melewati. Jadi, dengan lebih keras berusaha, dengan lebih banyak bersabar, dan dengan lebih tekun berdoa, seharusnya aku bisa melewati semuanya dengan baik. Seharusnya. Tapi, seperti yang selalu terjadi, aku bukannya berusaha lebih keras, aku malah lebih sering naik pitam, dan aku malah mogok berdoa. Kesimpulannya, aku gagal dalam ujian hidupku kali ini, dan sepertinya harus mengulang sekali lagi (setelah begitu banyak kali mengulang pelajaran hidup yang itu-itu juga).

Yang membuat aku terpana adalah, dengan semua kegagalanku memahami dan bereaksi pada kejadian-kejadian yang mendekati batas kekuatanku tadi, Pribadi Yang Baik itu tak pernah, dan aku ulangi, tak pernah putus asa dan tak pernah menyerah melimpahiku dengan kebaikan. Ketika aku hampir menyerah (dan nyatalah bahwa itulah batas kekuatanku), selalu terjadi sesuatu yang membuatku bangkit dan berjuang lagi. Selalu terjadi sesuatu yang membuatku teringat pada betapa besar kasih sayang yang telah dan akan selalu dicurahkan bagiku. Selalu terjadi sesuatu yang membuatku merasa bahwa diriku bukan terhukum, tapi pewaris, walaupun mungkin aku hanyalah pewaris pada strata terendah. Selalu terjadi sesuat yang membuatku bertanya, "Mengapa selalu datang kebaikan pada diriku?"

Seorang sahabat terkasih pernah memberitahuku betapa dia mempelajari apa itu kasih karunia dari kehidupanku. Dia belajar bahwa kasih Allah dicurahkan bukan karena kehebatan, kepintaran, atau kebaikan seseorang tapi hanya karena kasih-Nya terlalu besar untuk tidak dicurahkan pada anak-anak-Nya. Memang seperti itulah. Aku tak pernah dan tak yakin akan bisa jadi orang hebat, orang pintar, apalagi orang baik. Tapi aku tak pernah berhenti menerima kasih yang tak terbatas itu.

Dear Lord, thanks for loving me THAT much
--setelah kejadian beruntun yang bikin mengharu biru---

Sunday, May 03, 2009

Cerita dari Negri Tirai Bambu (1)

  • ribet no. 1: taksi pesanan ngga dateng pada jam yang ditentukan; mau long week end, katanya, jadi susah
  • ribet no. 2: satu anggota tim ketinggalan paspor  di rumah, jadi musti pulang dulu
  • ribet no. 3: gue yang udah ganti kostum dan matiin laptop, siap jalan, tiba-tiba disuruh nge-print ulang form persetujuan sesuatu... nyalain laptop lagi deh
  • ribet no. 4: H2C ama jalan yang macet: jakarta oh jakarta... dulu ketinggalan pesawat ke makassar aja gue rasa mau nyumpah-nyumpah, ketinggalan pesawat ke KL bisa bikin naik pitam kan yaa
  • ribet no. 5: dua anggota tim yang beda kantor sama gue masih belum jalan juga, salah satunya masih meeting, katanya
  • ribet no. 6: dua anggota tim lainnya (yang sama dengan ribet no. 5) masih belum jalan juga karena ngga ada taksi
  • ribet no. 7: nunggu yang dua orang lagi ato check ini duluan ato makan malem dulu?
  • ribet no. 8: gue dan teman-teman nunggu di Hoka-hoka Bento tapi yang kita tunggu ternyata udah masuk boarding room
  • ribet no. 9: udah tinggal bentar lagi tapi gue masi ngotot mau abisin sup gue
  • ribet no. 10: di mana sih counter bebas fiskalnya?
  • ribet no. 11: UDAH MAU BOARDING!!! baru sekali ini gue lari-lari kaya kesetanan di bandara
  • ribet no. 12: barang-barang Shinta dibongkar petugas imigrasi
  • ribet no. 13: akhirnya segala keribetan berakhir juga...
Perjalanan kali ini dimulai dengan sejuta keribetan. Eh, di daftar gue cuma 13 yah, ngga sampe sejuta, tapi kalau mau dibikin detil, gue yakin deh bakal sampe sejuta. Rasanya deg-degan terus gara-gara waktu yang mepet-mepet. Dan ternyata, kelak di sepanjang perjalanan kami ini, bakal ada seratus juta keribetan lain, seratus juta deg-degan lain. Mari, mari, gue perkenalkan anggota tim kami kali ini.

Peserta pertama: ini biangnya perjalanan kali ini, yang punya obsesi ngga jelas sama cina dan panda, yang selalu merasa kalau kungfu panda sebenarnya adalah film tentang dirinya, yang paling ngga pernah bete selama perjalanan ini, yang selalu jadi pasangan banci kamera gue, yang ternyata porsi makannya kalah jauh sama gue.

Peserta kedua: ini dulunya jadi partner gw ke nepal dan bintan, yang kadang-kadang masa bodo ama keribetan kalo nyasar, yang kadang-kadang ketelitiannya bikin kami selamat dari nyasar lebih jauh lagi, yang ngga doyan dipoto dan sayangnya ngga doyan motoin orang lain juga, yang sigap dengan lonely planetnya kalo gue udah mau menyerah, yang selalu tepat waktu dan bikin gue dan peserta pertama yang kalo gerak emang selalu pake gaya kura-kura selamat dari keterlambatan tapi jadi harus buru-buru melulu.

Peserta ketiga: ini dulunya pernah jadi anggota kuartet gue ke bintan, yang kameranya kesirem air minum di lcct dan jadi ngga bisa motoin kami, yang ngga pernah minta dipoto tapi kalo udah ditembak kamera bakal langsung pasang gaya, yang ngga banyak ngomong tapi hebat banget kalo disuruh nebak tulisan mandarin, yang takut naik sepeda tapi maju terus pantang mundur.

Peserta keempat: yang mukanya cina abis tapi ngga terima kalo dibilang cina, yang selalu disangka cina asli dan disangka travel guide rombongan kami yang kulitnya coklat semua, yang ternyata mantan putri celana jeans, yang punya obsesi sama KFC dan toilet, yang herannya kok ngga bawa kamera jadi ngga bisa diharepin motoin gue.

Peserta kelima: gue sendiri, yang dengan diktator menyusun itinerary sesuka hati gue, nge-booking hotel semau gue, nentuin moda transportasi seenak jidat gue; gue yang memang ngga punya bakat jadi travel organizer tapi semata-mata nyari temen jalan yang mau ikutin mau gue, hehehe...

Sebelum gue lanjutin cerita perjalanan yang bikin kulit dan dompet gue kering kerontang ini, gue mau ucapin terima kasih buat empat anggota tim lain yang udah gue hina-hina di atas. Terima kasih banyak udah ngelaluin semua keribetan itu bareng gue, pasti ngga bakal sama kalo elo semua ngga ikut...

Monday, April 27, 2009

Kan Kubuktikan!

Teringat masa kecilku, kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu, buatku melambung
Di sisimu terngiang
Hangat nafas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu

Kau ingin ku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu, jauhkan godaan
Yang mungkin kulakukan dalam waktuku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu, jatuh, dan terinjak

Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah, betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu!

Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Kurindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati

-Yang Terbaik Bagimu (ADA Band)-

Monday, April 20, 2009

Tuhan, Biarkan Bapak Mendengarnya Sekali Ini

Bapak sayang,
Seperti yang selalu kuduga, aku benci hari-hariku. Aku benci bangun pagi, mandi, lalu berangkat bekerja. Aku benci duduk di depan komputerku dan berusaha mengerjakan hal-hal yang harus kukerjakan. Aku benci selalu merasa enggan mengerjakan semua yang harus kukerjakan itu. Aku benci membuang satu hari lagi dalam hidupku. Aku benci mengenangmu, Bapakku tersayang, dan mengingat betapa kau ingin aku bekerja di tempatku bekerja sekarang.

Bapak sayang,
Seperti yang selalu kutahu, aku sanggup melakukan apapun untukmu. Aku sanggup memberikan segalanya untukmu. Aku sanggup terbang ke langit untuk menggapai bintang impianmu. Aku juga tahu, kau selalu tahu bahwa aku sanggup dan selalu mau melakukan semuanya untukmu.

Bapak sayang,
Tidak seperti yang pernah kupikirkan, kehilangan engkau sama seperti kehilangan hidupku sendiri. Aku kehilangan mimpi-mimpiku. Aku kehilangan doa-doa yang menopang langkahku. Aku kehilangan kelembutan yang mengajariku berbaik hati pada orang yang jahat padaku. Aku kehilangan keinginan untuk menjadi orang yang lebih baik. Aku kehilangan cahaya yang menuntunku pada hari esok.

Bapak sayang,
Aku amat sangat merindukanmu. Duniaku runtuh dan aku amat sangat membutuhkanmu.

Thursday, April 02, 2009

Sama Saja

Rasanya sama saja. Dulu, aku melihat sendiri mereka berurai air mata menangisi kehilangan yang begitu besar. Dulu, aku mendengar sendiri keluh kesah dan ketakutan mereka, karena hari depan yang tiba-tiba menjadi tak menentu. Dulu, hatiku bergetar karena merasakan kepedihan dan ketakutan mereka.

Sekarang, aku tak melihat sendiri, tak mendengar sendiri. Tapi tetap saja rasanya sama.

Doaku untuk mereka yang telah terpaksa kehilangan keluarga, saudara, tempat tinggal, harta benda, dan pekerjaan. Doaku untuk mereka yang (mungkin) akan segera terpaksa kehilangan pekerjaan.

Aku percaya Tuhan masih sayang negeriku, masih sayang bangsaku. Amin.

Monday, March 23, 2009

Terpesona

Aku tetap tak mengerti, mengapa tembok batu dan hujan badai masih saja membuatku kelabu. Telah kulihat tembok batu dibangun menjadi istanaku. Telah kusaksikan hujan badai mengusir awan hitam di langit indahku. Mengapa hatiku selalu saja memerih perih?

Aku tetap tak mengerti, mengapa berjuta pesona tak jua cukup untukku. Hari ini terpesona, hari lain merengut. Hari ini bersuka, hari lain merundung duka. Ah, tak juga selesai pelajaranku tentang hidup, tak juga berakhir pergelutanku memahami jalan-jalan yang harus kutempuh.

Hari ini aku mengharu biru, terpesona, takjub, dan kehilangan kata-kata. Hari ini aku memandang keagungan yang mengasihiku begitu rupa. Hari ini aku menjadi saksi bahwa semua kebaikan yang kuterima bukanlah ganjaran atas kebaikanku. Hari ini aku kembali mengerti apa artinya seorang hina yang diangkat menjadi pewaris bangsa-bangsa. Hari ini aku kembali teringat satu kalimat yang kudengar belasan tahun lalu: be still and know that I am God.

Tuesday, March 17, 2009

deja vu

orang ramai berkumpul, memperbincangkan seorang lelaki yang kini telah berpindah alam. sanak keluarga berkumpul, air mata tertumpah di pipi orang-orang yang paling merasa dekat, di pipi orang-orang yang mengasihi si lelaki yang kini tak lagi bisa dipeluk. beberapa orang berkerumun, mengelilingi tubuh kaku seorang lelaki, mengangkat tubuhnya, lalu menutupinya. semua terasa begitu familiar, terasa seperti sesuatu yang selalu ada di sini.

walaupun begitu, tetap saja ada begitu banyak perbedaan. terlalu banyak perbedaan.

setidaknya, lelaki ini sempat menua; bapakku tak pernah menjalani hidup sebagai lelaki tua. lelaki ini sempat sakit-sakitan, dirawat oleh orang-orang yang mencintainya; bapakku tak pernah memberi siapa pun kesempatan untuk menunjukkan kerelaan hati merawatnya. lelaki ini sempat memeluk cucu-cucunya; bapakku bahkan tak pernah melihat satu pun keturunannya berpasangan dalam sebuah pemberkatan nikah.

deja vu? mungkin hanya sedikit.

Monday, March 02, 2009

Resah

ya, resah...
ketika ingin bertanya mengapa hatinya galau
namun tak yakin apakah aku boleh bertanya

ya, resah...
ketika dia tiba-tiba sering berdiam
namun aku tak yakin apakah dia yang memang berdiam atau aku yang berlebihan

ya, resah...
ketika dia begitu mengharapkan keajaiban
namun aku tak lagi pernah merasakan keajaiban
dan sedikit berharap keajaiban itu tak perlu terjadi padanya

namun lebih resah lagi...
ketika aku ingin menawarkan doaku untuknya
namun tiba-tiba tersadar kalau kini doaku berpamrih

sangat, sangat resah...
ketika aku mengerti mengapa kini menjadi begitu sulit
untuk penuh dengan belas kasihan
untuk diliputi dengan ketulusan

terlalu resah...
ketika aku menerima hasratku
untuk bisa mengasihinya, mengasihi mereka,
dengan kasih yang dulu pernah kumengerti....

---pengen balik ke kasih yang mula-mula...---

Sunday, March 01, 2009

Bapakku Sering Bertanya padaku:

"Sudah datang, Inang?"
ketika aku baru sampai di rumah kami di Bandung, sambil memberikan tangannya yang lalu kuraih dan kucium.

"Sudah makan, Inang?"
setiap kali dia mau makan, atau aku baru tiba di rumah.

"Bapak dan Mama baru selesai berdoa. Ita sudah berdoa pagi ini?"
pada pagi-pagi tak terduga, ketika aku masih terlelap dalam mimpi paling melenakan, dan handphoneku tiba-tiba memberitakan suaranya.

"Lagi di mana, Inang? Sudah ke gereja hari ini?"
pada hari-hari minggu tak terduga, selalu bertepatan dengan saat aku membolos kebaktian minggu.

"Gimana di kantor, Inang? Masih suka cemberut sama bapak yang kemaren?"
ketika aku berdiam-diam saja tentang hidupku di kantor.

"Gimana di sekolah, Inang? Guru-gurunya ngajarnya gimana?"
setiap kali aku pulang ke Bandung, dulu sekali ketika aku masih bersekolah di Bogor.

"Minggu ini pulang, Inang?"
selalu ketika aku tak ingin pulang ke Bandung.

"Kalau teman-teman Bapak nanya, anak Bapak jadi apa di situ, Bapak bilangnya apa?"
setiap kali aku berusaha menerangkan pekerjaanku yang sepertinya penting itu.

"Besok kita mau kebaktian jam berapa?"
setiap Sabtu malam, kalau aku sedang ada di Bandung.

Pagi ini aku begitu ingin ditanyai salah satu dari pertanyaan-pertanyaan itu, walaupun jawabanku mungkin akan sama saja... Aku kangen, Bapak...

Thursday, February 26, 2009

Facebook

  1. jumlah temen gue di fesbuk sekarang ada 301 orang
  2. dari jumlah itu, sebagian besar adalah temen kantor sekarang, temen kantor lama, temen jaman kuliah, temen smu
  3. sebagian kecil adalah temen smp (cuma 1 orang sih, yg temen smp doang, ada beberapa yg temen smp dan sekampus juga)
  4. sebagian kecil lagi temen les prancis gue jaman dulu
  5. sebagian kecil juga temen sd (gw sih ragu mereka inget kalo gue temen sd mereka, hehehe)
  6. sebagian kecil lagi orang-orang yang gue ngga inget siapa tapi mutual friends-nya banyak banget ama gue (sebagian besar udah gue delete dengan sukses)
  7. ada 2 orang auditee gue (dua-duanya gue delete dengan gagah berani, tapi yang satunya gue add lagi--dan sampe sekarang ngga approve gue, hiks)
  8. ada juga orang yang ga ada hubungannya dengan gue, tapi gue jadiin friend karena temen gue suruh gue jadiin friend (emang ga penting banget)
  9. eh iya, ada satu orang mantan guru matematika gue di jaman smu
  10. eh iya juga, ada beberapa temen jalan-jalan gue
  11. tapi sebenernya buat apa sih ini fesbuk?
  12. bosen juga gue lama-lama...
  13. apa gue delete aja yaaa
  14. ini posting paling ga penting di blog ini

Monday, February 16, 2009

My Browsing History

Iseng-iseng, gw ngliat-liat browsing history gue. Jadi, kalo gue ketik satu huruf di browser gue, kan muncul tuh nama website yang paling sering gue buka. Naaah... inilah dia:

a: airasia.com
b: blogger.com
c: charl1e.blogspot.com *hahaha, ternyata belakangan ini gue sering buka blognya charlie:D*
d: detikfinance.com *pasti bukan gue yang buka nih, temen kantor gue kali ;p*
e: elong.net *huahahaha... gue kan mantau terus harga tiket guilin-xi'an*
f: facebook.com *pecandu fb nih lama2 gue*
g: gmail.com
h: hostelworld.com
i: ga ada
j: jetstar.com
k: klikbca.com
l: lonelyplanet.com
m: mail.yahoo.com
n: ndangse.blogspot.com *narsis juga gue yah, kqkqkq*
o: owa.bi.go.id
p: picasaweb.google.com/bintang2kecil/ *gara2 laptop gue blon dibalikin ade gue, kalo kangen poto2 malah buka ini...*
q: ga ada
r: redlanternhouse.com *tar di beijing, gue nginep di siniiiiii*
s: stafaband.info *pasti ade gue nih, donlod2 mp3*
t: tigerairways.com
u: ga ada
v: valuair.com
w: ga ada
x: xe.com/ucc
y: youtube.com *eh, masa sih gue sering buka youtube? padahal tadi gue bilang sama heru kalo gue ga doyan buka youtube, hihi*
z: zuji.com

ckckckck... hari gini masih mikirin jalan-jalan aja nih gue... mustinya, yang gue buka-buka itu yang berhubungan dengan:
1. ujian cfa
2. gre general test
3. toefl
4. gre subject test: math
5. finmath at stanford
6. mfe at haas
7. mfe at chicago
8. how to write a winning essay
9. mfe at tepper (ini juga deh)
10. banking
11. market update (ga cuma harga tiket doang yang gue pantau dong ya... hehehehe....)

Wednesday, February 11, 2009

Tentang Manusia

Inilah kisah pergelutanku dengan manusia,
Tak ada habisnya, tak ada ujungnya,
dan juga tak sampai-sampai pada pengertian.

Ataukah aku yang terlalu ingin mengerti?

Satu saat bersikap manis,
lalu tanpa badai tiba-tiba terdiam sejuta bahasa.
Setidaknya, aku tak merasakan badainya.
Ataukah aku yang tidak peka pada berbagai badai dalam hidup?

Satu saat kuanggap teman,
lalu entah ditiup angin dari arah mana, tiba-tiba seperti orang asing dari antah berantah.
Setidaknya, tak kurasakan ada angin bertiup.
Ataukah angin tak lagi meniupkan dirinya melewatiku?

Inilah kisah pergelutanku dengan manusia,
melelahkan, mengesalkan.
Dan aku tak punya kata untuk menjelaskan apa pun.

*kangen...*

Wednesday, February 04, 2009

sampai di sini...

...sampai batas akhir nafasku dan sampai lenyap detak jantungku,
kan kuserahkan seluruh hidupku dan beri yang terbaik bagimu.
walau duniaku hancur dan runtuh, kutahu engkau kan menolongku
karena janjimu dan kesetiaanmu kupegang sampai di akhir hidupku...

Monday, February 02, 2009

Yang Aku Tak Mengerti...

Aku mengerti, aku tak boleh berduka seperti orang dunia. Aku mengerti, aku tak boleh menangis seperti orang tak berpengharapan. Aku mengerti, aku tak boleh menyesali diri seperti orang yang tak mengenal keselamatan. Oh sungguh, sungguh aku mengerti apa yang seharusnya aku pikirkan, katakan, dan lakukan.

Tapi aku juga mengerti bahwa penguasa surga dan neraka mengerti perasaanku. Aku juga mengerti bahwa khalik langit dan bumi mengerti semua bahasa, bahkan bahasa air mata. Aku juga mengerti, yang pahit dan manis diciptakan untuk membuat segalanya indah pada akhirnya.

Yang aku tak mengerti, bagaimana menghentikan duka yang tak kunjung pergi. Aku tak mengerti, bagaimana mengeringkan air mata yang terus membanjir. Aku tak mengerti, bagaimana memerintahkan hatiku untuk berhenti merindukannya.

Dia, ya, dia, hal kedua terbaik yang pernah diberikan padaku setelah keselamatan. Dia, sahabat terbaik keduaku setelah Yesus. Dia, inspirasi terbesar keduaku setelah salib. Dia, pahlawan besarku. Dia, bapak tersayangku...

Friday, January 30, 2009

Masih tentang Mimpi

Aku menatapnya dengan sendu, pria separuh baya yang tampaknya telah melewati puncak tertinggi yang dapat dicapainya. Orang-orang yang lebih muda datang dan melampaui posisinya. Orang-orang yang lebih pintar datang dan melewati kehebatannya.

Aku menatapnya dengan sendu, dan memikirkan hari tuaku kelak. Kelak, ketika semua pencapaian telah habis dicapai. Akankah masih ada mimpi yang ingin digapai?

Aku menatapnya dengan sedu dan sungguh berharap masih banyak mimpi dalam hidupnya.

Aku sungguh berharap akan terus ada mimpi dalam hidupku.

Tuesday, January 20, 2009

Sepanjang Jalan Kenangan (2)

7. Jalan antara Sarinah Thamrin sampai Pintu Tol Bekasi Timur
Aku dan adikku menaiki bis kota ke Bekasi, untuk sambung naik bis umum ke Bandung. Jum'at sore, mendadak pula, tak mungkin bisa naik mobil travel lagi. Beberapa penumpang bis berkali-kali mencuri pandang padaku. Mataku merah dan tambah merah, menahan tangis dan tumpahan air mata ketika aku, dengan seluruh iman yang aku punya (yang sama sekali tidak banyak), memohon keajaiban. Mataku bengkak dan air mata yang ditahan mulai mengalir lewat hidung, ketika aku berusaha bernegosiasi dengan Tuhan: Tuhan boleh kurangi umurku dan menambahkannya pada umur Bapak. Aku memohon, berjanji, berkaul, meneriakkan semua kata yang terpikirkan olehku.
 
8. Jalan Holis
Aku menatap wajahnya, wajah yang begitu kucinta. Aku menggenggam tangannya dan menciumnya, tangan yang tak akan pernah kucium lagi. Aku membelai pipinya dengan sejuta sayang, pipi yang telah mendingin dan tak akan bisa lagi kuhangatkan dengan tangan kecilku. Aku mencium dahinya, pipinya, bibirnya, semua yang tak akan pernah lagi menantiku setiap kali pulang ke Bandung. Aku memeluk tubuhnya yang kaku dan berbisik di sela isakku, "Bapak tau kan, aku sayang banget sama Bapak? Bapak tau kan, aku sayang, sayang, sayaaaaaaaang banget sama Bapak?"
 
8. Jalan Pandu
Hujan deras saat itu, aku menutupi kepalaku dengan ulos Batak yang kupakai sejak dari upacara adat, kebaktian pelepasan, dan sampai di tempat itu. "Surga pun menangis," kata kerabatku. Hujan masih tambah deras ketika Sang Pendeta memulai melempar segenggam tanah ke atas peti jenazahnya. Setengah nyawaku seperti ikut hilang ketika tanganku merenggut segenggam tanah basah di samping kakiku, melemparkannya ke dalam lubang tempat tubuh kaku Bapak akan terus berdiam. Aku berbisik dalam dukaku yang paling dalam, "Tunggu aku, Bapak sayang. Aku akan cintai Tuhan yang kau cintai. Aku akan layani Tuhan yang kau layani. Aku akan senangkan hati Tuhan yang selalu ingin kau senangkan. Tunggu aku, Bapak sayang. Kelak, bila tiba pula waktuku, kita akan bernyanyi bersama lagi. Kita akan angkat pujian bersama lagi, menyorakkan nama Sang Penebus."
 
Bapak sayang, sepanjang jalan-jalan yang bisa kukenang, aku akan selalu mengingatmu. Sepanjang jalan-jalan yang mungkin akan kulupakan, aku juga mungkin akan melupakan sebagian kenangan tentangmu. Tapi aku berjanji, Bapak sayang, aku tak akan lupa pada warisanmu yang terbesar:: imanmu yang tak pernah berhitung dengan Tuhanmu.
 
Bapak sayang, aku sayang padamu, sungguh amat sangat sayang padamu.

Tukar Tambah

Hari ini gue merayakan berakhirnya penderitaan punggung gue, berkat laptop seberat dua koma sekian kilogram, ditambah buku catatan, payung, dokumen, modem, flash disk, dompet, dan handphone.

Hari ini gue merayakan berakhirnya penderitaan punggung gue, dengan datangnya laptop seberat satu koma sekian kilogram yang mungil dan imut.

Hari ini gue merenungi dimulainya penderitaan mata gue. Dengan layar sebegitu kecilnya, berarti tahun depan tebal kaca mataku akan bertambah. Rabun, rabun, dan tambah rabun...

Aku tak tahu mana yang lebih tertahankan: punggung yang ngilu atau mata yang tambah rabun.

Thursday, January 15, 2009

Kata-kata

kadang tak ingin berkata-kata
karena memang tak mungkin berkata-kata
karena tak ada kata yang bisa menyuarakan semua yang tertutup sunyi

kadang ingin meneriakkan berjuta kata
walau tak satu pun yang akan berarti buat siapa pun
hanya karena berkata-kata bukanlah diam tanpa kata-kata

kadang hanya ingin mengulang satu lirik
berkali-kali, berjuta-juta kali, sampai telinga dan lidah menolak mendengar dan berucap
untuk meneriakkan jutaan kata saat tak ingin berkata-kata

tapi saat ini hanya ingin berdiam
ingin bisa berdiam diri seperti bertahun-tahun lalu
ingin bisa meletakkan segalanya dan membiarkan yang terbesar mengambilnya
ingin bisa memaknai kata-kata sang bijak: diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!

Tuesday, January 13, 2009

Jerusalem

Israel, or Palestine depending on your politics, is one of the world's oldest travel destinations. Everyone from Moses to Mark Twain has dreamed of going there. The appearance of prophets seems to be dwindling and the Crusaders have long since hung up their swords and shields, but travellers still come in droves, almost magnetically, to this land still considered holy by countless millions. (www.lonelyplanet.com/israel-and-the-palestinian-territories)

Yes, many people has dreamed of going there. I did once. In fact, I even been thinking about going there this year. Been thinking of celebrating Easter in Jerusalem, the three of us: Bapak, Mama, and me (well, would like to take my sister and two brothers along but it would surely cost me a fortune). Last year, been talking about it to Bapak and he has prepared himself very well, with making a proper NPWP card and managing to own a decent map of the city (I found one in his drawer).

And yes, like Moses, Bapak had only been able to look at the city from a distance. Never would he step his foot on the city, never would he be able to offer his prayers at the holy temple. But I believe, I do believe, that he will get in the New Jerusalem with his beloved Jesus (and may I join them there: my beloved Bapak and my beloved Jesus).

Minutes before Bapak's gone, he sang this song along with my brother and Mama:
Oh Yerusalem kota mulia, Hatiku rindu kesana
Oh Yerusalem kota mulia, Hatiku kurindu kesana
Tak lama lagi Tuhanku datanglah, Bawa saya masuk sana
Tak lama lagi Tuhanku datanglah, Bawa saya masuk sana


Oh yes, I believe, that my dear Lord is taking Bapak to the New Jerusalem.

Monday, January 12, 2009

Sepanjang Jalan Kenangan

1. Sepanjang jalan Ciateul
Rumah pertama yang aku ingat. Bapak hampir setiap hari mengantar-jemput aku ke sekolah pertamaku, TK Elektrina. Kadang-kadang aku genggam kelingkingnya. Bapak tidak pernah menggenggam tanganku, tak pernah memegang pergelangan tanganku, tapi dia memberikan kelingkingnya untuk kupegang. Masih ingat, betapa mungil telapak tanganku dibanding tangan besarnya, tangan yang kelingkingnya kupegang dengan rasa percaya yang sepenuh-penuhnya pada kemampuan seorang ayah melindungi putri kecilnya dari segala hal yang mungkin terjadi dalam hidup. Setiap prosesi antar jemput itu, Bapak sering kelelahan menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang nggak penting, mendengarkanku berceloteh tentang apa saja. Ah ya, sampai usiaku dua puluh sembilan tahun, aku masih gemar saja berceloteh tentang apapun padanya. Dalam perjalanan liburan kami yang terakhir itu pun, masih saja aku berceloteh panjang lebar tentang hal-hal tak penting dan masih saja dia mendengarkan dengan perhatian yang tak terpecah.

2. Jalan Kepatihan
Bapak pernah berkata, dia mau ikut ke tempatku kebaktian setiap minggu. Berbulan-bulan sudah aku lebih suka mengikuti kebaktian di gereja Bethel dekat rumahku, dan bukan di gereja Batak yang adalah gereja masa kecilku. Bapak bilang, sekali-sekali dia mau ikut kebaktian denganku, mau lihat tempatku beribadah. Tak sekali pun protes keluar dari bibirnya. Tak sedikit pun dia permasalahkan perbedaan doktrin yang menganga lebar. Saat itu aku begitu yakin, dialah lelaki Batak paling baik hati yang pernah Tuhan ciptakan di muka bumi.

3. Jalan Cikapundung Timur
"Bapak tadi liat ada perpustakaan di Jalan Cikapundung," katanya. Itulah perkenalan pertamaku dengan perpustakaan daerah di kotaku, umurku masih enam tahun. Bapak mengajarkanku cara pergi ke sana, dengan bemo kala itu. Menunjukkan jalannya, mendaftarkanku di perpustakaan itu, membayar keanggotaannya, bahkan kadang-kadang membantu mengembalikan buku-buku pinjamanku kalau aku harus belajar atau les Matematika. Dia tau aku tergila-gila membaca. Dan aku tau membeli buku saat itu adalah suatu kemewahan, sesuatu yang jarang sekali bisa aku lakukan.

4. Jalan Asia Afrika
Dari perpustakaan daerah, untuk pulang ke rumahku harus berjalan kaki dulu ke jalan ini, barulah aku bisa naik angkot. Di jalan ini pulalah kantor redaksi Harian Pikiran Rakyat. Bapak sering sekali ke sini, dan aku sering pula diajaknya. Kadang memasang iklan, kadang mengambil koran bukti iklan, dan yang terakhir aku tahu, Bapak memasang iklanku yang mencari murid les privat. Selamanya, Pikiran Rakyat membawa arti dalam kepalaku.

5. Jalan di Belakang Savoy Homann
Savoy Homann ada tepat di seberang kantor redaksi Pikiran Rakyat, tapi baru setelah aku kuliahlah aku dan Bapak pernah memasukinya. Pikiran Rakyat memberiku beasiswa lewat kampus. Tidak besar jumlahnya, enam puluh ribu rupiah sebulan, selama satu semester, tapi lumayan kalau dibanding dengan SPP-ku yang empat ratus lima puluh ribu rupiah per semester. Sepulang upacara "pengesahan" beasiswa itu, aku dan Bapak bergandengan pulang lewat jalan di belakang Savoy Homann. Wajah Bapak berseri-seri, dan sayangku padanya bertambah berjuta kali lipat.

6. Jalan Dewi Sartika
Aku kelas tiga SMP, baru saja menerima NEM bayangan. Bapak datang untuk menerimanya, dan mengikuti rapat bersama orang tua murid lainnya. Seusainya, Bapak berkata, kalau ayah murid lainnya yang duduk di sebelahnya menanyakan NEM bayanganku. Ah, nilaiku dua kali lipat nilai putra bapak itu. Dia pun bilang pada Bapakku, "Anak Bapak mah enak yah, bisa masuk SMA mana aja itu," Bapak menceritakannya padaku, begitu saja, tak ada pujian, seperti biasanya. Tapi matanya berbinar, ada cahaya berkilat di sana. Senyumnya terkembang, ada kebanggaan di sana. Dan tiba-tiba aku tau untuk apa aku mau hidup. Umurku empat belas tahun saat itu, dan aku mengikrarkan janji yang terus berusaha kupenuhi: aku akan habiskan hidupku untuk membuat cahaya di mata Bapak selalu bersinar.

Tuesday, January 06, 2009

Mujizat Pertama di 2009

Buat gue ini mujizat, buat orang lain sih barangkali biasa-biasa aja. Peduli amat deh, yang penting kan yang menurut gue... hehehe...

Gue lagi merasa butuh-butuhnya, lagi merasa begitu pentingnya sering-sering berada di rumah keluarga gue di Bandung. Apa daya, gue kan ngantor di Jakarta, kota sumpek penuh tipu daya tapi jadi sumber uang buat gue. Lalu lalu, Bapak Bos gue tadi pagi datang ke meja gue. Gue udah curiga nih Bapak bakal ngasih dokumen dan bilang, "Kamu scan ini dulu yah." Habiiiis.... selama ini, entah kenapa, Bapak itu senengnya minta tolong scan dokumen itu sama gue. Biar pun ada orang lain, beliau tetep teriak panggil nama gue buat nge-scan. Pokoknya, Ndangse adalah spesialis scan dokumen buat Bapak itu. Aneh sih, tapi masih baguslah, at least Bapaknya tau kalo gue ada di ruangan itu.

Tapi ternyata beliau mendekati gue dan bilang, "Ndang, kamu lagi ada jadwal audit?"

"Nggak, Pak. Kalau sesuai jadwal mestinya baru mulai pertengahan bulan ini," jawab gue.

"Besok bisa ke Bandung?" tanyanya lagi.

Jreng. Ngga pake mikir, gue langsung jawab, "Bisa." Tapi lalu curiga. Pasti gue disuruh ngajar ACL software lagi deh. Pasti gara-gara yang spesialis IT pada ngga bisa (baca: ngga mau) disuruh ngajar deh. Dan dengan polosnya pula gue suarakan isi kepala gue, "Ada apa, Pak? Ngajar ACL ya?"

Ternyata oh ternyata Bapak itu menjelaskan bahwa ada 3 hari penyelesaian proyek pembuatan simulator bla bla bla. Pokoknya sesuatu yang lebih menarik deh daripada ngasih pelatihan software audit. Huhuy. Baik banget yah, Bapak itu? Mengerti banget kalo akhir-akhir ini minat gue cuma Bandung dan Bandung. Dan huhuy juga, baik banget yah Tuhan gue, awal tahun dikasih mujizat gini?

Secara, dompet gue juga udah tipiiiiiiiis banget. Dinas ke Bandung kan berarti recharge lagi, walaupun ngga banyak. Yah, bisa survive sampai akhir bulan deh. Dan gue seneng banget karena kemarin ngga ngomel pas adek gue tabrakan. Ngga ngomel walopun keluar duit banyak banget (asli, banyak banget, sampe pengen nangis pas bayarnya) buat bayar rumah sakit, bayar polisi (yang dengan kurang ajarnya ngancem-ngancem bawa ke pengadilan padahal adek gue korban dari satu mobil lain yang kabur seenak jidat), dan bayar perbaikan mobil yang jadi ditubruk adek gue dari belakang karena menghindari mobil satunya itu.

Bersyukur banget karena entah kenapa, gue yang jagoan ngomel ini kok ya ngga ngomel saat itu. Masih bisa bilang, bersyukur ada yang nolongin adek gue, bersyukur adek gue ngga kenapa-napa, bersyukur gue masih punya duit yang bisa dipake bayar ini itu... Eh, tapi belakangan gue omelin juga sih adek gue, si ceking gondrong berjenggot yang terus-terusan bilang ngga inget gimana kejadian tabrakan itu.

Tapi, all in all, makasih, Tuhan, karena gue masih bisa berterima kasih. Semoga sepanjang tahun ini gue bisa terus-terusan melihat hal-hal yang bisa gue syukuri. Itu aja permintaan gue. Satu lagi sih permintaan gue, tolong biarkan berat badan gue naik barang dua kilo lagi, asal penambahannya bukan di bagian perut.

Hehehehehe....

Abis Baca Blog Orang...

Tadinya mau biarin itu berlalu begitu aja, toh bukan masalah gue. Hidup gue juga penuh dengan masalah yang kaya benang kusut, ngga ketauan ujung pangkalnya dan ngga ketauan gimana caranya bisa terurai jadi benang lurus lagi. Kusutnya lebih-lebih dari kusutnya rambut keriting gondrong gw yang kalo bangun tidur dipaksa disisir malah bikin gue berurai air mata.

Tapi lalu teringat sama diri gue sendiri, bertahun-tahun lalu. Gue pernah merasakan hal serupa, memandang dengan cara serupa, bereaksi dengan cara serupa. Bukan peristiwa yang sama, mungkin, tapi efek yang ditimbulkannya mirip. Dan lalu gue teringat pada hal-hal yang bikin gue bisa melewati semuanya. Ngga terlalu sukses, mungkin, tetep aja jatuh bangun dan jatuh lagi lalu bangun lagi, begitu terus-terusan. Bedanya, sekarang kalau jatuh gue tau gue harus bangun lagi. Seperti kata seseorang, "a christian life is a series of falling downs and getting ups."

Dan apa yang bikin gue bisa melewati semuanya? Pertama, sahabat. Sahabat sejati yang mendukung gue pada saat-saat terburuk gue, pada saat gue memang terlalu buruk buat ditemani,sahabat yang tiap malam telepon gue cuma buat bilang, "there's a prayer for you." Persahabatan ini memang berakhir berantakan karena banyak kesalahan di pihak dia (dan di pihak gue, tentunya, it takes two to tango, right?). Kedua, doa. Ada orang-orang yang berdoa buat gue, baik karena emang kenal gue, karena kerja bareng gue, karena serumah sama gue, atau karena hal-hal ngga penting lainnya. Ketiga, kepercayaan. Kadang-kadang gue masih amazed, ada aja gitu orang yang mempercayakan tanggung jawab tertentu sama gue, secara gue kan moody pas (jaman dulu itu, mood-mood-an gue sejuta kali lebih parah dari hari ini, percaya deh!) dan gampang (dan emang bener-bener gampang) mengasihani diri sendiri dan kalau udah gitu pasti ngga becus ngapa-ngapain.

Dan gue bersyukur pernah ada semuanya itu dalam hidup gue, when I needed it most.

Jadi, karena gue tau banget gue belum bisa jadi sahabatnya (iyalah, kenal aja ngga) dan dengan demikian, belum bisa juga ngasih kepercayaan ama dia, maka malam ini gue mau berdoa buat dia. There's a prayer for you, young lady... The grace of the Lord is upon you.

Thursday, January 01, 2009

New Year Resolution

Apa ya?

Apa ya?

Banyak sih yang mau diresolusikan, tapi semuanya kelihatan nggak
realistis saat ini, saat aku menulis ini. Banyak yang mau aku capai
tahun lalu, banyak yang aku mau lakukan, banyak yang aku mau berikan
untuk orang-orang yang aku sayang. Sebagian berhasil, lebih banyak
yang menguap ke udara, dan temperamen melankolisku terus-terusan
bilang kalau salib yang kupikul selalu terlalu berat.

Jadi, tahun ini aku mau kembali ke titik nadir. Kembali menjadi bayi
yang belajar berjalan selangkah demi selangkah. Kembali belajar
mengasihi dengan kasih karunia. Kembali menjadi anak yang percaya pada
perlindungan Bapanya. Kembali menjadi gadis kecil yang berani
bermimpi. Kembali berlutut setiap kali aku merasa lemah, dan berlutut
pula setiap kali aku merasa berhasil. Kembali belajar berdiam diri di
tengah hiruk pikuk hidup.

Itu aja.

Iya, itu aja. Itu juga belum tentu bisa aku kerjakan.

Selamat datang 2009!