- setengah 4 pagi udah jalan ke nagarkot
- sunrise ngga dapet, tapi liat pantulan matahari di salah satu puncak bersalju
- it's Buddha Jayanti!!! Boudhanath raaaaameeee banget
- diajak kenalan ama anak-anak SD; dikiranya gue seumuran mereka kali yah, hihihi
- umpel-umpelan di "angkot"-nya Nepal
- oooh Kasthmandap tempatnya Kumari itu yang itu... kalo yang itu sih gue udah datengin kemarin lusa:D
- beli teh buat oleh-oleh
- cape banget, ngga jadi ke Swayambunath
- jalan cuma segitu doang dari rumah Kak Vemi pun pake acara nyasar
- makan malem di the Bakery Cafe, disambung nasi gorengnya Kak Vemi. mmmm... enaaaaaak...
Nah, kalau beholder-nya gue, maka gue bakal bilang kalau terlalu banyak pria ganteng dan perempuan cantik di Nepal. Anak kecil, remaja, sampai separuh baya pun banyak banget yang masuk kategori beautiful gue. Mau yang agak-agak India, agak-agak Cina, agak-agak mirip gue, agak-agak Indo, bejibun deh! Dan, kalau beholder-nya adalah orang Nepal sendiri, mereka mungkin bakal bilang kalau semua kegantengan dan kecantikan di mata gue itu biasa-biasa saja buat mereka.
Mirip dengan gue yang menganggap sinar matahari sepanjang tahun di negeri gue adalah biasa-biasa saja; hidup tanpa pernah mengenal bandh adalah biasa-biasa saja; air bersih selalu tersedia melimpah buat mandi, minum, buang air, dan segala tetek bengek yang mencurahkan air adalah biasa-biasa saja; setiap hari keluar dari rumah yang ber-AC, ke dalam taksi yang ber-AC dan masuk kantor yang ber-AC lalu nongkrong di mall yang ber-AC adalah biasa-biasa saja; jalan kaki di pinggir jalan tanpa takut dicium sepeda atau sepeda motor atau mobil gila adalah biasa-biasa saja; punya pantai yang bersih dan gunung yang hijau dan danau yang luar biasa luas adalah biasa-biasa saja.
Beauty is in the eye of the beholder, betul. Tapi gue pikir gue harus belajar melihat sisi indah dari segala sesuatu: dari kesemrawutan sebuah kota bernama Kathmandu, dari kekacrutan sebuah megapolitan bernama Jakarta, dari jorok-joroknya cara hidup sebagian besar orang Kathmandu, dari bengis liciknya sebagian besar orang Jakarta, dari teman gue yang doyan banget mengeluh, dari hidup gue yang makin lama makin ngga terstruktur...
No comments:
Post a Comment