Aku tetap tak mengerti, mengapa tembok batu dan hujan badai masih saja membuatku kelabu. Telah kulihat tembok batu dibangun menjadi istanaku. Telah kusaksikan hujan badai mengusir awan hitam di langit indahku. Mengapa hatiku selalu saja memerih perih?
Aku tetap tak mengerti, mengapa berjuta pesona tak jua cukup untukku. Hari ini terpesona, hari lain merengut. Hari ini bersuka, hari lain merundung duka. Ah, tak juga selesai pelajaranku tentang hidup, tak juga berakhir pergelutanku memahami jalan-jalan yang harus kutempuh.
Hari ini aku mengharu biru, terpesona, takjub, dan kehilangan kata-kata. Hari ini aku memandang keagungan yang mengasihiku begitu rupa. Hari ini aku menjadi saksi bahwa semua kebaikan yang kuterima bukanlah ganjaran atas kebaikanku. Hari ini aku kembali mengerti apa artinya seorang hina yang diangkat menjadi pewaris bangsa-bangsa. Hari ini aku kembali teringat satu kalimat yang kudengar belasan tahun lalu: be still and know that I am God.
Monday, March 23, 2009
Terpesona
Posted by
Ndangse
at
Monday, March 23, 2009
3
comments
Tuesday, March 17, 2009
deja vu
orang ramai berkumpul, memperbincangkan seorang lelaki yang kini telah berpindah alam. sanak keluarga berkumpul, air mata tertumpah di pipi orang-orang yang paling merasa dekat, di pipi orang-orang yang mengasihi si lelaki yang kini tak lagi bisa dipeluk. beberapa orang berkerumun, mengelilingi tubuh kaku seorang lelaki, mengangkat tubuhnya, lalu menutupinya. semua terasa begitu familiar, terasa seperti sesuatu yang selalu ada di sini.
walaupun begitu, tetap saja ada begitu banyak perbedaan. terlalu banyak perbedaan.
setidaknya, lelaki ini sempat menua; bapakku tak pernah menjalani hidup sebagai lelaki tua. lelaki ini sempat sakit-sakitan, dirawat oleh orang-orang yang mencintainya; bapakku tak pernah memberi siapa pun kesempatan untuk menunjukkan kerelaan hati merawatnya. lelaki ini sempat memeluk cucu-cucunya; bapakku bahkan tak pernah melihat satu pun keturunannya berpasangan dalam sebuah pemberkatan nikah.
deja vu? mungkin hanya sedikit.
Posted by
Ndangse
at
Tuesday, March 17, 2009
0
comments
Monday, March 02, 2009
Resah
ya, resah...
ketika ingin bertanya mengapa hatinya galau
namun tak yakin apakah aku boleh bertanya
ya, resah...
ketika dia tiba-tiba sering berdiam
namun aku tak yakin apakah dia yang memang berdiam atau aku yang berlebihan
ya, resah...
ketika dia begitu mengharapkan keajaiban
namun aku tak lagi pernah merasakan keajaiban
dan sedikit berharap keajaiban itu tak perlu terjadi padanya
namun lebih resah lagi...
ketika aku ingin menawarkan doaku untuknya
namun tiba-tiba tersadar kalau kini doaku berpamrih
sangat, sangat resah...
ketika aku mengerti mengapa kini menjadi begitu sulit
untuk penuh dengan belas kasihan
untuk diliputi dengan ketulusan
terlalu resah...
ketika aku menerima hasratku
untuk bisa mengasihinya, mengasihi mereka,
dengan kasih yang dulu pernah kumengerti....
---pengen balik ke kasih yang mula-mula...---
Posted by
Ndangse
at
Monday, March 02, 2009
0
comments
Sunday, March 01, 2009
Bapakku Sering Bertanya padaku:
"Sudah datang, Inang?"
ketika aku baru sampai di rumah kami di Bandung, sambil memberikan tangannya yang lalu kuraih dan kucium.
"Sudah makan, Inang?"
setiap kali dia mau makan, atau aku baru tiba di rumah.
"Bapak dan Mama baru selesai berdoa. Ita sudah berdoa pagi ini?"
pada pagi-pagi tak terduga, ketika aku masih terlelap dalam mimpi paling melenakan, dan handphoneku tiba-tiba memberitakan suaranya.
"Lagi di mana, Inang? Sudah ke gereja hari ini?"
pada hari-hari minggu tak terduga, selalu bertepatan dengan saat aku membolos kebaktian minggu.
"Gimana di kantor, Inang? Masih suka cemberut sama bapak yang kemaren?"
ketika aku berdiam-diam saja tentang hidupku di kantor.
"Gimana di sekolah, Inang? Guru-gurunya ngajarnya gimana?"
setiap kali aku pulang ke Bandung, dulu sekali ketika aku masih bersekolah di Bogor.
"Minggu ini pulang, Inang?"
selalu ketika aku tak ingin pulang ke Bandung.
"Kalau teman-teman Bapak nanya, anak Bapak jadi apa di situ, Bapak bilangnya apa?"
setiap kali aku berusaha menerangkan pekerjaanku yang sepertinya penting itu.
"Besok kita mau kebaktian jam berapa?"
setiap Sabtu malam, kalau aku sedang ada di Bandung.
Pagi ini aku begitu ingin ditanyai salah satu dari pertanyaan-pertanyaan itu, walaupun jawabanku mungkin akan sama saja... Aku kangen, Bapak...
Posted by
Ndangse
at
Sunday, March 01, 2009
0
comments