Thursday, November 16, 2006

ADIL

Seorang tuna netra duduk dalam gelisah. Tangannya meremas kartu peserta SPMB dengan resah. Bagaimana pula caranya menghitung dalam bayangan? Reader-nya membacakan soal integral yang luar biasa rumit bahkan untuk seorang muda dengan penglihatan normal, apalagi untuk dia yg harus mendengarkan dengan teliti dan membayangkan perhitungannya. Belum lagi soal-soal bahasa Inggris yang kadang dibacakan dengan pronounciation salah. Dia harus bekerja seratus kali lebih keras supaya bisa bersekolah di SMU bersama orang-orang berpenglihatan normal. Dia harus berusaha seratus kali lebih keras   dari  orang-orang berpenglihatan normal untuk bisa menjawab satu soal yang dibacakan. Dia harus menjadikan dirinya seratus kali lebih cerdas dari orang-orang berpenglihatan normal supaya bisa lolos dari ujian ini. Dia harus selalu seratus kali lebih dari orang-orang berpenglihatan normal dalam segala sesuatu. Adilkah hidup?

 

Aku bisa berikan seratus kisah lagi semacam ini. Seorang ayah yang bekerja luar biasa keras untuk gaji yang tak seberapa jadi korban "restrukturisasi" di kantornya, kehilangan satu-satunya gantungan hidup anak-anak dan istrinya. Seorang perempuan kehilangan masa depan karena entah berapa belas serdadu yang memperlakukan tubuhnya seperti mainan yang dilemparkan dari kahyangan. Para janda muda yang sekali-kali melacurkan tubuhnya supaya anaknya bisa terus bersekolah. Ratusan anak yang tak pernah mengecap sedapnya memperoleh pendidikan, bukan karena mereka tak mau tapi karena tak satu pun guru mau menjadi pengajar mereka. Adilkah hidup?

 

Aku menghitung-hitung masa dalam hidupku. Hal-hal yang sudah aku peroleh; hal-hal yang selalu aku inginkan tapi belum aku dapatkan; hal-hal yang akan selalu aku inginkan tapi yang aku tahu tak akan pernah aku dapatkan; hal-hal yang tak pernah aku inginkan terjadi tapi tetap saja aku harus jalani; hal-hal yang tak berani aku bayangkan namun terjadi begitu saja seperti hujan mengguyur padang pasir. Adilkah hidup?

 

Tidak. Hidup tidak adil. Hidup tidak pernah adil. Tengoklah sejarah dan akan kau temukan bahwa hidup tidak adil. Hanya satu yang adil. Hanya Tuhan yang adil.

 

 

Ditulis 16 Juli 2004

3 comments:

Anonymous said...

Memang ngenes melaihat realitas dan sejarah hidup. Namun ada juga yang bilang, yang adil menurutmu belum tentu adil menurut Tuhan. Yang tidak adil menurut kita, belum tentu tidak adil menurut Tuhan. Mudah2an bangsa ini meraih keadilan dan kesejahteraannya :)

Anonymous said...

ndangse, adil tuh tukang reparasi komputer, knp? kamu ada masalah dng komputer? mo dipanggilin?

Anonymous said...

ndang... but sometimes...
orang yang bisa melihat hidupnya
lebih menyedihkan dari yang buta.

hari ini gua merasa kecil dibanding
si buta yg bertemu Yesus...

ingat si Mrs.Crosby yang buta tapi bisa menciptakan 8000 hymne?
dan imannya... saya ingin tetap lahir buta jika dilahirkan supaya orang pertama yang saya dapat lihat adalah Yesus!

berbahagialah yg miskin & ditindas
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga!

Vk