aku jatuh hati pada arai. arai yang orang kebanyakan. arai yang wajahnya laksana patung muka yang dibuat mahasiswa-baru-seni kriya yang baru pertama kali menjamah tanah liat, pencet sana, melendung sini. arai yang wajahnya seperti hasil suntikan silikon dan mulai meleleh. arai yang gerak-geriknya canggung serupa belalang sembah.
aku berbagi ngilu dengan ikal ketika menjemput arai kecil yang sebatang kara. arai yang menunggu ikal dan ayahnya di depan tangga gubuknya. arai kecil yang mengapit karung kecampang berisi beberapa potong harta rombengan.
aku terpesona oleh semangat arai. arai yang bilang bahwa orang-orang miskin seperti dia dan ikal tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi. arai yang bilang bahwa dia dan ikal harus bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi mereka. arai yang tak mau mendahului nasib. arai yang mati tanpa mimpi….
aku mengagumi kelembutan hati arai. aku mengagumi pengorbanannya untuk sepupunya ikal. sesaat seperti melihat adegan-adegan kecil dalam kite runner. aku mengagumi ayunannya memecah celengan hasil kerja kerasnya mencari akar agar mak cik punya modal membuat kue tak perlu meminta-minta beras lagi. aku mengagumi kerja-keras-banting-tulangnya agar jimbron, sahabatnya yang invalid, gagap, dan terobsesi pada kuda bisa berdekatan sesaat, cukup sesaat, dengan kuda hebat milik capo.
aku mau jadi arai.
--abis baca sang pemimpi, andrea hirata--
No comments:
Post a Comment