Thursday, May 19, 2005

BODOH

aku tidak suka orang bodoh. memang terdengar kejam, tapi aku sungguh tidak suka orang bodoh. orang bodoh membuatku bosan, membuatku geram, dan akhirnya akan membuatku murka. sama sekali tidak menyenangkan hatiku bila keadaan memaksaku berbasa basi dengan orang bodoh. basa basi yang benar-benar basi.

aku juga tidak suka anjing bodoh. anjing bodoh membuatku bosan, membuatku geram, dan akhirnya membuatku murka. sama sekali tidak menyenangkan hatiku bila keadaan memaksaku berurusan dengan anjing bodoh. urusan yang benar-benar tidak layak diurus.

dan gordan adalah anjing bodoh dalam arti yang sebodoh-bodohnya. anjing betina yang bodoh, dungu, dengan IQ yg tidak hanya jongkok tapi sudah tiarap sampai rata dengan tanah (itu kalau memang istilah IQ berlaku untuk binatang sekelas anjing bodoh). entah mengapa orang tuaku tidak membuangnya sejak dia dilahirkan. anjing bodoh hanya menghabiskan uang dan waktu. kebodohannya hanya menjadi beban yang tak menghasilkan apapun.

ada baiknya kuceritakan salah satu kebodohan si gordan sang anjing bodoh. di kebun orang tuaku, ada dua ekor anjing penguasa: peno yg jantan dan peni yg betina. keduanya anjing ras yang cerdas, patuh, setia, dan dapat diandalkan. tapi secerdas-cerdasnya anjing tetap saja anjing yang bisa kawin sesuka hatinya dengan anjing mana pun yg dimauinya lalu beranak pinak sebanyak yg rahimnya mau. dan dari perkawinan semau hati antara peni dan anjing-entah-dari-mana-dan-entah-siapa-yg-punya itulah akhirnya gordan lahir.

sejak lahir, tanda-tanda kebodohan gordan sudah nampak jelas. dia tidak pernah mau disentuh oleh kami, tuan besar yg jadi pemiliknya. dia tidak pernah bisa membedakan antara makanan yg boleh dia makan dan ayam peliharaan kami yg harus dia jaga dengan jiwa raganya. dia tidak pernah bisa membedakan sentuhan yg membelai tanda sayang kami dan sentuhan kemarahan yg menghukumnya. bodoh. benar-benar bodoh.

dan malam itu adalah puncak kemarahanku pada kebodohannya. seperti selayaknya anjing yg tak punya nurani, peni sang penguasa betina selalu benci pada gordan. kurasa sebabnya adalah karena pasangannya sesama penguasa--peno sang penguasa jantan--sering menguntit gordan. kupikir itu adalah kecemburuan sesama betina. kami --para tuan besar pemilik komunitas anjing di kebun kami-- sudah sangat sadar bahwa tak sedetik pun peni dan gordan boleh berkeliaran bebas dalam waktu yg bersamaan. bila gordan bebas, peni harus dirantai; bila peni bebas, gordan harus dikurung. kalau tidak begitu, gordan akan habis dilibas digigit ditendang dicakar oleh peni.

malam itu kami memutuskan bahwa kali ini, penilah yg boleh berkeliaran bebas. karenanya, kami membujuk gordan untuk masuk ke kandangnya. demi keselamatannya sendiri. dan gordan si bodoh itu tidak mau. sama sekali tidak seperti peno atau peni yg tahu bahwa ada saat-saat bagi mereka untuk merelakan langkahnya dikekang rantai.

empat manusia harus mempersempit ruang geraknya, agar anjing itu masuk ke dalam kandang. tapi gordan malah menggonggong dengan takut. dia takut. dia benar-benar takut pada kami. bodohnya. si bodoh itu takut kami akan menyakitinya. si bodoh itu tak juga mengerti bahwa kami mengepungnya untuk menyelamatkannya dari kemarahan peni. bosan dan geram hampir membuat ayahku menyerah. biarlah, biarkan saja gordan bebas. biarkan saja dia dicabik-cabik oleh peni. tapi ibuku tak kenal kata gentar. kesabarannya adalah kesabaran seorang ibu, walaupun hanya untuk seekor anjing. seekor anjing bodoh.

dan aku melihat satu sosok manusia dalam gordan si anjing bodoh itu. aku melihat diriku. diriku yg bodoh. diriku yg sering tak bisa mengenali tangan-tangan yg ingin menolongku, yg ingin melindungiku, yg ingin memberi kehidupan yg lebih baik untukku. diriku yg dalam kebodohan sering merasa gentar akan hal-hal yg tak kumengerti. dan aku melihat sosok lain pada tuan pemilik yg tak mau membuang anjingnya yg bodoh dan tak berguna. cinta. kasih karunia yg mampu mencintai yg tak layak dicintai. cinta yg tak pernah menyerah. kasih yg tak berbatas. aku melihat cinta Tuhanku padaku.

aku tak mau lagi bosan dan geram dan murka pada orang yg kuanggap bodoh. aku pun sering lebih bodoh dari gordan si anjing bodoh.

No comments: